Kamis, 12 Desember 2013

Kisah Sebuah Mainan

Mainan. Itulah aku. Aku bisa menghibur orang-orang disekitarku, orang-orang banyak yang menyukaiku. 
Aku sebuah mainan. Orang-orang terkadang jatuh hati padaku, tertarik denganku saat pertama melihatku, mereka bahkan sangat mengangumiku sehingga merawatku dengan baik.
Aku sebuah mainan. Tempat menampung semua kebosanan, kesedihan, terkadang aku bahkan menjadi tempat pelampiasan amarah bagi pemilikku.
Aku hanya sebuah mainan. Orang-orang menganggapku tidak memiliki perasaan sehingga mereka dengan seenaknya saja datang padaku ketika butuh dan meninggalkanku ketika mereka tak butuh aku.
Ya. Aku memang hanya mainan. Sesayang apapun orang itu padaku, suatu saat tetap saja dia akan meninggalkanku dan kembali pada dunia nyatanya dimana bisa memberinya kesenangan yang nyata.

Tapi tahukah mereka? Aku bahkan tidak berharap diciptakan menjadi mainan. Mereka yang menciptakanku hanya bagi kesenangan mereka. Ketika mereka telah bosan dengan ku, mereka meninggalkan ku, membuangku seakan aku tak pernah berarti bagi mereka. Saat aku mulai usang, mulai membuat mereka bosan, mereka akan menciptakan mainan baru yang lebih bisa menghibur mereka.
 Pernahkah mereka berpikir bagaimana perasaanku? Jelas tidak, karena mereka menciptakanku tanpa perasaan. Namun, tumbuh perasaan dalam diriku seiring dengan waktu yang kuhabiskan dengan mereka.
Pernahkah aku menuntut pada mereka atas apa yang mereka lakukan padaku selama ini? Pernahkah aku meminta mereka menjadikanku nyata? 

Tidak. Karena aku memang hanya tercipta sebagai sebuah MAINAN.

*Bogor, 12 Desember 2013

Minggu, 17 November 2013

Para Pemaaf

"Saudariku.. Pernahkah ada seorang yang melukaimu, menuduhmu atas suatu hal yang tidak anda lakukan ? Memanggilmu dengan sebutan yang tidak layak dilontarkan, mengatakan hal – hal yang sangat tidak pantas diucapkan kepada sesama muslimah… Mungkin dia adalah keluarga dekatmu, mungkin dia adalah temanmu, atau bahkan keluarga dari calon pendampingmu… :)


Jangan bersedih ! Tidak hanya anda yang mengalaminya, saya pun pernah mengalaminya.. Duhai saudariku… Tidak semua orang mampu memahami kesalahan yang telah dilakukannya, tidak semua orang mampu menerima kesalahan, dan tidak semua orang mampu meminta maaf kepada anda, meskipun dia sudah menyadari kesalahannya…


Duhai saudariku… Lepaskan keegoisanmu agar cahaya iman masuk kedalam nuranimu, maafkanlah mereka dengan tulus…. Jangan menunggu permintaan maaf mereka kepadamu!... Saudariku… apakah masih ingat dengan kisah Rasululloh SAW berikut ini :


” Suat saat ketika Rasulullah SAW sedang duduk – duduk bersama sahabatnya, Rasulullah SAW bersabda, “Sebentar lagi,salah satu ahli surga akan muncul di hadapan kalian.” Tak lama, seorang laki-laki dari kaum Anshar muncul dengan sisa air wudhu masih menetes dari janggutnya. Ia menenteng terompah di tangan kirinya.

Hari berikutnya, Rasulullah SAW mengulang perkataannya dan orang itu kembali melintas seperti pada kali pertama. Di hari ketiga, Rasulullah SAW mengulang perkataannya, dan kejadian itu kembaliterulang.

Mendengar ucapan Rasulullah SAW, Abdullah bin Amr mengikuti lelaki yang dimaksud Rasulullah SAW lalu berkata kepadanya, “Aku bertengkar dengan ayahku, aku tidak akan menemuinya tiga hari, apakah engkau berkenan memberiku tempat menginap?” lelaki itu menjawab, “Silahkan, dengan senang hati.”

Abdullah bin Amr pun menginap di rumah lelaki itu hingga tiga malam berlalu dan Abdullah belum melihat dari laki-laki itu melakukan amal yang disebut sebagai penghuni surga. Sehingga Abdullah memberanikan diri bertanya, “Sudah tiga hari disini, aku tidak melihatmu mengerjakan amal yang membanggakan. Mengapa Rasul menyebutmu sebagai salah satu calon penghuni surga?”.

Lelaki itu menjawab, “Aku memang tidak melakukan amalan-amalan yang istimewa, tetapi sebelum tidur, aku mengingat kesalahan-kesalahan saudaraku seiman, lalu aku berusaha untuk memaafkannya. Aku hilangkan rasa dengki dan iri terhadap karunia Allah yang diberikan kepada saudaraku.”

Setelah mendengar itu, Abdullah berkata, “Ya,itulah yang menyebabkan engkau disebut sebagai calon penghuni surga.”

Subhanallah ! Begitu dahsyatnya efek memaafkan,saudariku… Semoga Allah menjadikan kita para pemaaf, yang mampu membalas keburukan dengan kebaikan…


Semoga Bermanfaat.. :)" 
— Nuci Priatni
sumber: Goodreads

Iseng-iseng kepo-in Goodreads, menemukan tulisan ini..
Padahal pernah beberapa kali membaca atau mendengar kisah sahabat Rasulullah SAW tersebut, hanya belum terlalu memaknai intinya. Sekarang setelah lebih mengerti arti memaafkan, maka sungguh ada rasa lapang atas segala kejadian.
Semoga kita semua menjadi para pemaaf, dan menjadi pribadi yang lebih baik. Aamiin

#edisi memperbaiki diri :)

Panggilannya "Buaya"

Menghadapi yang namanya anak kecil memang sungguh penuh dengan kejutan, kelucuan, kekonyolan yang kadang tidak terpikirkan oleh orang dewasa.
Karena itu aku sangat menyukai anak kecil >,<

Salah satunya Zaky, nama aslinya Muhammad Zaid Al-Ghifari, ntah darimana panggilan Zaky itu berasal (apa karena aku ya? Nama adik ku dulu Zaky :D). Zaky itu anak sodara sekaligus tetanggaku, dia adiknya sahabatku Nela. Saat itu dia berumur 3 tahun dan sangat sering main ke rumahku, bahkan suka tidur siang di rumah, main hingga kadang tidak mau pulang ke rumahnya sendiri. Dia sangat dekat denganku.
Ini dia si kecil Zaky (tapi ini foto uda gede -_-)

Suatu siang, sebelum tidur siang biasanya aku membacakan majalah Bobo-ku (sampai SMA aku masih suka Bobo lohhh, ups :x). Saat itu Zaky membolak-balik sendiri halaman majalah Bobo, hingga berhenti di sebuah artikel yang membahas pulau komodo. Artikel tersebut menampilkan gambar komodo. Aku yang kemudian melihat Zaky terhenti di halaman tersebut bertanya

"Dek, ini gambar apa?" sambil menunjuk salah satu gambar komodo

"Buaya" jawab Zaky polos

"Eh, bukan ini itu namanya Komodo" kataku meralat

Kemudian Zaky menjawab dengan sok tau dan seperti mengguruiku "Iya kak Dara, ini itu namanya Komodo, tapi panggilannya Buaya"...

#nah loh?
&%^%%$$@@??!!

Ini dia jagoan-jagoanku Zaky dan adiknya Faris, miss them so much :')