Juni 2004
"Mama pokoknya kakak ga mau masuk sekolah asrama" teriakku pada mama saat itu, "Ya kalo ga mau ga usah sekolah, pilih mana?" jawab mama dengan santai. Sungguh saat itu yang terpikir oleh ku hanya orang tua ku tidak menyayangi ku sehingga ingin memasukkan ku ke asrama. Berbagai rencana telah coba aku susun untuk tetap tidak sekolah di sekolah berasrama, mulai dari ujian tes penerimaan yang akan sengaja aku salah-salahkan jawabannya hingga pura-pura sakit saat hari tes, namun ancaman orang tuaku yang tidak akan menyekolahkan ku membuat rencana itu rasanya sia-sia. Bagaimanapun aku tetap ingin sekolah, tapi tidak di sekolah berasrama.
Hari ujian pun tiba, aku dengan sangat tidak bersemangat mengikuti ujian tersebut. Dengan diantarkan oleh ayah dan mama aku pun mengikuti tes di tiga sekolah yang semuanya sekolah berasrama. "Rahmah, ikut tes disini keinginan sendiri atau kemauan orang tua?" tanya salah satu penguji saat tes wawancara. "Kemauan orang tua pak" aku hanya mencoba menjawab jujur saat itu, karena memang sama sekali tidak ada keinginan untuk masuk asrama. Dalam hati kecil aku juga berdoa semoga jawaban tadi membuat pihak sekolah memikirkan ulang menerimaku, karena bukan sama sekali keinginan ku.
"Ma, yah, kalo kakak ga lulus juga gimana? Soalnya tadi susah-susah" tanya ku pada mama dan ayah. "Yaa, mama sama ayah doain kakak lulus" jawab mama dengan optimis.
Saat pengumuman tiba, aku sama sekali tidak berniat untuk melihatnya, hanya mama dan ayah yang bersemangat. "Kak ayoo cepat kita lihat pengumuman na" teriak mama ku dengan semangat, "iyaa" jawabku lesu. "Kak, kalo kakak masuk asrama adek sendiri dirumah?" adikku satu-satunya bertanya dengan raut wajah sedih, "itulah dek, kakak juga ga mau masuk asrama, tapi mama tu suruh.." aku hanya bisa menjawab dengan sedih "tapi dek doain aja kakak ga lulus" lanjutku dengan bersemangat, "Ya Allah, semoga kakak ga lulus di asrama biar adek ada kawan dirumah" doa adikku dengan polosnya.
Ternyata harapanku untuk tidak bersekolah di sekolah berasrama tidak terpenuhi, bahkan aku lulus di dua sekolah sekaligus. "Jadi kakak mau yang mana? Saran mama di sekolah X aja, biar lebih dekat dari rumah, jadi mama bisa sering-sering ngunjungi kakak" mama dengan semangat bertanya kepadaku, "terserah mama aja" jawabku dengan tak kuasa menahan tangis. Aku membayangkan keadaan asrama yang sama sekali jauh dari harapanku..
Hingga tiba saat dimana aku harus masuk sekolah, "adek ga mau antar kakak, nanti adek ga punya kawan lagi dirumah" isak adikku yang tidak rela aku masuk asrama, "eh ade ga boleh gitu, kakak kan belajar, nanti kita ke asrama kakak tiap minggu, lagian dua minggu sekali kakak kan pulang" nasehat ayah pada adikku..
(bersambung)