Senin, 24 Desember 2012

Sedikit curhatan

Bukan karena ingin dikasihani orang2 menuliskan segala sesuatu, mulai dari kisah hidup, perasaan sedih, senang, marah, galau, dan sebagainya di jejaring sosial,,
Hanya terkadang jika dipendam sendiri rasa itu semakin menjadi duri di hati, juga terkadang tidak ada orang yang bisa dijadikan tempat curhat, sehingga berharap dengan menuliskannya ada sedikit saja yang mengerti. Ya mungkin dengan menuliskannya, berharap rasa segala macam itu sedikit tersalurkan, sedikit merasa terkurangi beban dikarenakan telah berbagi meskipun tidak jelas siapa mereka yang dijadikan tempat berbagi. Atau juga tidak berani mengungkapkan langsung rasa yang menyakitkan itu, sehingga ketika dituliskan perasaan itu tersampaikan walau kita ga tau bahkan mereka yang kita maksud akan melihatnya atau tidak, hanya sedikit lega saja yang dirasakan.

Rindu

Ya Allah, bukan Dara ga ikhlas, Dara hanya merindukan mereka, mereka yang menyayangi Dara dengan tulus tanpa batasnya, mereka yang selalu ada untuk Dara, mereka yang memberikan kasih sayang tiada henti. Saat ini mereka telah Engkau panggil untuk menghadapmu.
Bukan Dara ingin mengeluh, hanya saja Dara merasa kesepian tanpa mereka, hanya saja ga ada lagi tempat Dara berbagi rasa, hanya saja Dara belum siap saat itu kehilangan mereka.
Ya Allah, Dara tau Engkau melatih Dara untuk menjadi seseorang yag kuat, tangguh, dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan.
Dara tau Dara bisa Ya Allah, Dara bisa, namun kadang rasa rindu itu bener2 menyiksa, kuatkan Dara Ya Allah, kuatkan Dara,,

Sabtu, 22 Desember 2012

Kenangan 3

Oktober-November 2004
Aku menghabiskan waktu dirumah bersama keluarga saat liburan Ramadhan tiba, rasanya bahagia berkumpul dirumah bersama keluarga tercinta..
Akhir Ramadhan kami sekeluarga mudik ke Peureulak kampung halaman mama ku, dan kampung dimana tempat aku dilahirkan. Hingga idul fitri kami disana,, ada yg aneh dengan sikap mama, tidak seperti saat mudik sebelumnya, mudik kali ini mama mengunjungi semua rumah keluarga yang tinggal di peureulak bahkan teman2 SD, SMP, SMA dan siapapun yg dikenal untuk meminta maaf, aku tidak berfirasat apapun saat itu..
Keanehan muncul lagi dari keluarga ku, saat hendak balik ke Banda Aceh mama, ayah dan adikku terlihat sangat sedih meninggalkan nenek di kampung, bahkan mama sampai nangis, "Nak, kenapa? ada masalah?" tanya nenek yang mungkin khawatir karena mama tidak biasanya seperti itu, mama hanya menggeleng dan tetap terisak. "Nenek cepat balik ke Banda yaa," adikku berkata sambil memeluk nenek, "iyaa, nanti awal Januari nenek ke Banda" sahut nenek ku,,
Akhirnya kami pun pulang ke Banda Aceh meninggalkan kampung halaman mama, yg ternyata itu menjadi kunjungan terakhirnya.

Desember 2004
Masa2 ujian pra semester sedang diadakan, aku belajar dengan ogah-ogahan, karena memang niat awalku tidak ingin bersekolah di "penjara" ini. Tapi untuk tidak mengecewakan orang tuaku, aku hanya berusaha menjaga nilaiku tidak terlalu jelek.

19 Desember 2004
"Kak adek bawa KFC" seru adikku sambil berlari ke arah ku saat melihatku sedang jalan ke arah sebuah pohon dimana biasanya kami menghabiskan waktu saat kunjungan. "Yeyeye, bawa apalagi??" tanyaku bersorak gembira sambil mencium kedua pipi adikku. "adek bawa roti, bawa makanan banyak buat kaka, ayoo liat" dia langsung menarik tanganku menuju tempat ayah dan mama telah menunggu. Aku menyalami dan mencium kedua orangtua ku, seperti biasa banyak hal yang aku bicarakan, ceritakan pada mereka setiap hari kunjungan. Saat waktu kunjungan telah usai, adikku berkata "Kak, adek hari Rabu ga bisa jenguk kaka yaa, adek harus pigi ngaji, ga boleh bolos", "iyaa adek ngaji yg rajin yaa, nanti kan hari minggu ketemu kaka lagi" sahutku, "insyaAllah kak" adikku memelukku dan menciumku. Lalu mereka pulang

22 Desember 2004
"Mama, selamat hari ibu" aku memeluk mama saat beliau datang bersama ayah, "kaka sayang mama, ini ada kado buat mama" aku menyerahkan sekotak kecil kado yang isinya hanya selembar surat. Aku bukan orang yang mudah mengungkapkan secara langsung perasaanku, jadi aku menuliskannya saja. "Kaka gimana nilai ujian prasemesternya?" tanya ayahku, dengan ekspresi yang dibuat sedih aku menjawab "jelek yah".. Terlihat gurat kekecewaan diwajah ayah dan mama, namun dengan senyum jail aku memperlihatkan hasil ujian pra semester ku dan tersenyum, "Alhamdulillah kaka dapat juara 3" sorakku dengan bangga. "Nah ini anak ayah" sambil mencium keningku ayah berujar bangga. "Tapii nanti pas ujian semester harus rangking 1" ujar ayah, "tapi susah yah, saingannya banyak" jawabku dengan murung, "loh, knapa orang lain bisa, kaka ga bisa? Kalo orang aja bisa, anak ayah juga harus lebih bisa" ayahku menasehatiku, aku tertegun mendengar kalimat ayahku, dan sejak saat itu kalimat itu terus membayang di benakku. "kaka, mau tau satu hal nak? kenapa mama masukin kaka ke pesantren?" tiba2 mama berujar, aku yang memang ingin tau jawabnnya langsung menganggukkan kepala, "Mama cuma mau kaka bisa mandiri kalau nanti mama sama ayah udah ga ada, ga bisa nemenin kaka lagi, jadi kaka udah dewasa, mama ga khawatir lagi". Aku langsung merasa bersalah saat itu juga selama ini telah menuduhkan mereka yang tidak baik, ternyata dibalik semua itu tujuan mereka sangat mulia, mereka menyayangiku lebih dari apapun. Aku terisak, aku menyesal, aku berjanji akan menjadi anak yang baik, yang berbakti kepada mereka, itu janjiku.
Mama hanya mengusap kepala ku dengan lembut sambil tersenyum. Ada yang aneh hari itu, kedua orang tua ku tidak banyak bicara seperti biasanya, hanya tatapan mereka yang menatapku lebih lama dari biasanya, namun aku juga mengaggap hal itu biasa saja. Sampai saat mereka hendak pulang, menciumku berkali-kali, meninggalkan nasehat2 untukku, "Kaka, kalo orang lain bisa, kaka juga bisa, ingat ya??" pesan terakhir ayahku, lalu mobilpun melaju pergi. Pergi membawa orang-orang terkasihku yang tidak akan kutemui lagi.. (bersambung)

Kenangan 2


Sekolah ini menjadi rumahku sekarang rasanya begitu asing. Awal-awal masa studi aku lalui dengan nangis terus-menerus, bagaimana tidak? Aku tidak pernah tinggal berpisah dari keluarga ku, dengan umur yang masih dikatakan relatif muda menjelang 12 tahun harus hidup mendiri, berpisah dari keluarga walaupun hanya jarak beberapa kilometer dari rumah tapi rasanya berat. 
Minggu pertama dikunjungi aku menangis hingga sesegukan dihadapan orang tua ku, aku memohon untuk dipindahkan dari asrama yang serasa penjara bagiku, meskipun aku melihat dari sudut mata mamaku ada air mata yang mungkin juga merasa berat melepaskan anak perempuan satu-satunya, tapi beliau tetap bersikukuh untuk tidak memindahkanku dari asrama. 

Agustus 2004
Aku sakit. Entah karena aku yang tertekan di asrama ini sehingga membuat aku jatuh sakit. Mama langsung panik ketika tau aku sakit, dengan memohon-mohon kepada kepala asramanya agar aku diizinkan dirawat di rumah. Awalnya kepala asrama tidak mengizinkan aku dirawat di rumah dikarenakan fasilitas sekolah memadai untuk merawatku, tapi karena mama bersikukuh akhirnya aku diizinkan pulang.
Yes. Aku gembira begitu mengetahui aku diizinkan pulang dan menginap dirumah. Bayangkan selama 2 bulan aku tidak pernah tidur lagi di rumahku sendiri, palingan kalau pulang hanya boleh dari jam 9 pagi hingga 5 sore dan itu hanya 2minngu sekali. Begitu sampai di rumah aku senang bukan main, aku bisa berkumpul bersama keluarga ku lagi, ditemani adikku lagi, tidur bersama adikku lagi, menghabiskan waktu sore bersama keluargaku lagi. Sungguh itu hal yang paling menyenangkan bagiku. 
Tiga hari masa istirahatku berakhir, aku sungguh-sungguh tidak ingin kembali lagi ke penjara itu. Lagi aku memohon kepada ayah dan mama agar aku diizinkan pindah sekolah "Ma, Yah, kakak boleh ya pindah sekolah, kakak ga betah disitu, kakak mau sama mama, ayah, adek aja dirumah" aku memohon sambil terisak. Mama hanya menggeleng sambil tersenyum. "Ayo berangkat, kakak kan harus sekolah lagi, nanti banyak ketinggalan pelajaran" ajak ayah sambil memasukkan beberapa barang ke mobil. Aku benar-benar merasa memang kedua orang tuaku tidak menyayangiku, padahal aku sampai sakit-sakitan tetap saja mereka bersikeras aku harus tinggal di asrama.

September 2004
Hari ulang tahunku jatuh pada hari Kamis, sedangkan hari kunjungan keluarga masih minggu. Ulang tahun pertama tanpa keluarga, yang biasanya kami rayakan bersama dengan acara makan kecil-kecilan dan biasanya aku dapat berbagai hadiah dari ayah, mama dan adikku. Aku merindukan rumah.
"Call to sister Rahmah Dara Ayunda immediately to the reception phone"(maaf bahasa inggrisnya kacau). Aku mendengar namaku dipanggil ke ruang penerimaan telepon segera beranjak.
 "Kakak selamat ulang tahun" suara adikku di seberang sana menentramkan hatiku "Kakak nanti kami datang hari Minggu yaa" lanjut adikku, dengan senang aku menjawab "Iyaa, datang bawa makanan yg bnyak yaa", "Sayang, selamat ulang tahun, semoga panjang umur, jadi anak shalehah" mamaku mengambil alih telepon,".
Minggu saat kedatangan keluarga ku kami merayakn ultah ku walaupun dengan sederhana.. (bersambung)