Ada seorang petani yang memiliki sebatang pohon yang tumbuh di pekarangan rumahnya. Pohon itu dirawatnya sekian lama hingga menghasilkan buah yang banyak. Petani itu sangat menyayangi pohon tersebut. Merawatnya dengan setulus hati, sepenuh hatinya, menghabiskan banyak waktu untuk duduk dibawah sandaran pohon tersebut, bercerita kepada pohon tersebut tentang banyak hal, berteduh dibawah rimbunan daun pohon tersebut. Hidup petani itu sangat bahagia.
Begitu pula dengan sang pohon. Pohon itu juga begitu senang memiliki seorang yang merawatnya seperti sang petani. Pohon itu berusaha memberikan buah terbaiknya untuk menyenangkan hati petani tersebut, menyediakan batangnya untuk sandaran petani itu, menyuburkan daunnya sebagai tempat berteduh sang petani. Hidup pohon itu juga sangat bahagia.
Hingga suatu hari, ketika pohon tersebut tiba-tiba tidak menghasilkan buah lagi, daunnya semakin berguguran. Ntah apa yang terjadi, bahkan pohon dan petani tersebut tidak mengerti, mengapa sang pohon tidak berbuah lagi, tidak dapat menjadi tempat berteduh lagi? Tak ada yang bisa menjawabnya. Disinilah masalah muncul. Petani mulai merasa pohon itu tidak bisa memberikan lagi buah untuknya, tidak bisa lagi memberikan keteduhan untuknya, tidak bisa memberikan kenyamanan yang dibutuhkan petani itu lagi.
Petani mulai tidak memperhatikan lagi pohon tercintanya.
Apa yang terjadi pada pohon? Tentu saja pohon itu sangat bersedih. Bagaimana tidak? Kebahagiaan bersama sang petaninya lewat sudah. Pohon itu bahkan tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. Sang pohon hanya bisa menatap petani dari kejauhan. Petani bahkan tidak singgah lagi di bawah batangnya hanya untuk melihat pohon itu. Petani hanya duduk diam dirumahnya sambil memandangi daun pohon yang terus berguguran.
Suatu ketika disinilah kesedihan pohon semakin menjadi-jadi. Petani membeli sebuah benih yang baru. Terlihat wajah bercahaya petani ketika membawa pulang sang benih tersebut. Petani mencoba menanam benih tepat bersebrangan dengan sang pohon. Apa yang diharapkan petani dari benih kecil yang dibawanya? Ntah lah, mengharap benih bisa tumbuh seperti pohon hingga bisa memberikan kebahagiaan yang baru bagi petani? Tak ada juga yang tau. Baik sang benih, sang petani dan sang pohon.
Sang benih kecil yang bahkan tidak mengerti mengapa petani membawanya ke rumah. Tak ada penjelasan dari petani. Petani hanya terus berusaha merawat benih kecil itu dengan semangat. Benih yang awalnya tidak berniat untuk tumbuh karena merasa asing dengan petani, maka ketika kasih sayang, kelembutan diberikan secara terus menerus, benih itu tidak bisa menahan dirinya untuk tumbuh. Ya, benih itu tumbuh. Dan benih itu juga tidak memungkiri ada rasa bahagia yang didapatnya dari petani. Benih sama sekali tidak tahu apapun terkait sang pohon diseberang sana yang menatap sedih melihat petani hanya merawat benih tersebut. Jika saja benih tau, maka sungguh benih menyesal membiarkan dirinya tumbuh dengan kasih sayang dari sang petani.
"Musim hujan akan datang, aku tidak akan bisa sering mengunjungimu, merawatmu lagi" itu yang dikatakan petani sebelum akhirnya petani pergi meninggalkan benih suatu ketika.
Hingga benih tau semuanya, bukan karena akan hujan petani itu pergi. Dari kejauhan benih melihat petani menatap ke pohon, pohon yang semakin layu. Terlihat kerinduan di mata sang petani terhadap pohon. Disitulah benih menyadari apa yang terjadi. Yang terjadi adalah bahwa petani bukan miliknya. Petani milik pohon tersebut. Kesalahan terbesar benih adalah membiarkan dirinya tumbuh. Kesalahan benih adalah membuat pohon tersebut semakin menderita. Kesalahan terbesar benih adalah membuat perhatian petani teralihkan disaat pohon begitu membutuhkan petani. Itu yang sangat disesali benih.
Benih berharap dari kejauhan, petani itu mendatangi lagi pohon itu. Memberi pohon itu semangat untuk melanjutkan hidup lagi, membangun lagi kebahagiaan itu lagi. Itu harapan benih.
Akhirnya, harapan benih terkabul. Petani kembali lagi mengunjungi pohon. Pohon kembali lagi berusaha hidup. Kembali berusaha menumbuhkan daun-daunnya yang berguguran. Berusaha menghasilkan buah-buah yang lama tidak muncul. Satu hal yang petani dan pohon tidak tahu. Mereka hanya sedang mengalami musim gugur. Pohon itu sedang melewati musim gugur sebelum kembali bersemi.
Akhirnya, harapan benih terkabul. Petani kembali lagi mengunjungi pohon. Pohon kembali lagi berusaha hidup. Kembali berusaha menumbuhkan daun-daunnya yang berguguran. Berusaha menghasilkan buah-buah yang lama tidak muncul. Satu hal yang petani dan pohon tidak tahu. Mereka hanya sedang mengalami musim gugur. Pohon itu sedang melewati musim gugur sebelum kembali bersemi.
Dari kejauhan, benih ingin sekali meminta maaf kepada sang pohon karena sempat mengusik kebahagiaannya dengan mengambil alih perhatian sang petani meski hanya sesaat. Namun apalah daya benih yang kecil itu tidak bisa menghampiri pohon, dia tertambat beberapa ratus meter dari pohon itu. Tertambat di tanah. Hanya bisa melihat dari kejauhan. Benih sungguh ingin meminta maaf.
Benih berdoa semoga pohon dan petani itu bisa melewati segala musim bersama, tidak peduli itu menyedihkan sekalipun. Semoga pohon dan petani itu bahagia, selalu.
Benih? Apa yang terjadi dengan benih? Benih tetap tumbuh dengan sendirinya.
Benih hanya berharap bisa menjadi teman pohon itu, berharap bisa belajar banyak dari pohon bagaimana tumbuh menjadi pohon yang bisa memberikan kebahagiaan bagi sekitarnya. Benih berharap akan ada petani lainnya yang bisa merawatnya dengan kasih sebagaimana petani si pohon itu. :))
Benih hanya berharap bisa menjadi teman pohon itu, berharap bisa belajar banyak dari pohon bagaimana tumbuh menjadi pohon yang bisa memberikan kebahagiaan bagi sekitarnya. Benih berharap akan ada petani lainnya yang bisa merawatnya dengan kasih sebagaimana petani si pohon itu. :))